Selasa, 23 Desember 2008

Demokrasi Selangkah Menuju Anarki

"Socialism is one step to Communism"
Kata-kata tersebut pernah diucapakan oleh seorang pemimpin kiri terkemuka dalam sejarah komunisme.

Kini, dunia memang telah berubah namun logika kata-kata tersebut patut direnungkan. Filsafat politik dasar yang terdapat dalam kata -kata tersebut adalah setiap perubahan politik merupakan proses menuju keadaan berikutnya. Sama halnya dalam komunisme, demokrasi merupakan tahapan menuju bentuk pemerintahan berikutnya dan dalam hal ini : anarki. Hanya saja, anarki disini tidak disertai sebuah kebijakan dari elemen-elemen anark itu sendiri.

Demokrasi politik barat (untuk dibedakan dengan demokrasi materiil timur) lahir dan berkembang dalam negara Eropa kontinental dan Amerika Serikat. Kedua peradaban tersebut sudah memiliki tingkat pendidikan masyarakat, rasa kebangsaan, identitas nasional dan kesadaran berbangsa dan bernegara yang tinggi.

Lain halnya dengan negara berkembang dan negara miskin dimana hanya sedikit dari penduduknya yang memiliki pendidikan politik decent dan lebih sedikit lagi yang memiliki kesadaran akan kepentingan nasional.

Dalam keadaan mentalitas demikian, nilai-nilai demokrasi yang mulia kemudian berubah menjadi nilai-nilai mobokratik dan konfliktual. Salah satu contoh, pemilihan Umum dimengerti secara asasi sebagai diktator mayoritas sehingga terjadi kerusuhan setiap kali hasil pemilu keluar.

Selain itu, sebagai bangsa yang disatukan dibawah paham integralistis au detriment / yang lebih mengakomodir kepentingan minoritas, sebuah upaya otonomisasi hanya akan membawa peprecahan yang berarti. Salah satu contoh dapat dilihat dengan gagalnya UU otonomi versi 1999.

Berkat Demokrasi tanpa edukasi maka peradaban berubah menjadi chaos serta persatuan dalam keberagaman turun menjadi kekuatan dalam pengelompokan. Masyarakat bersatu dalam farkh-farkh (kelompok2) dan ikatan-ikatan primordial-kepentingan. Dalam perikatan-perikatan kecil tersebut kekuasaan dikelola, kehidupan berbangsa dan bernegara menjadi kehidupan berpolitik.

Dengan keadaan seperti ini tercapainya negara yang adil, makmur, dan tercapainya tujuan negara mustahil tercapai.

Sebagai pemuda dapat dipastikan kita mengikuti jargon-jargon optimisme dan lebih memilih menaruh harapan besar pada kemajuan bangsa walaupun secara politik lebih cenderung apatis dan apolitis. Kerangka pikir demikian membawa kita kepada axioma dasar politik bahwa lebih baik menyelesaikan sesuatu buruk sekalipun daripada berubah ditengah-tengah karena masyarakat tetap telah menjatuhkan vonis pandangan sebelumnya.

Demokrasi akan membawa bangsa kepada anarki-liar, maka tugas kita adalah mendidik masyarakat dalam otonomitas sehingga chaos dapat kembali menjadi anarki beradab dimana kepentingan bersama dapat terakomodir.

1 komentar:

Kain Kusut mengatakan...

artikel yang sungguh indah, salam kenal bang..

kalau diperbolehkan, saya ingin menyadur dan mempostingkan di blog saya

http://kain-kusam.blogspot.com

mohon berkunjung