Minggu, 17 Mei 2009

Emansipasi Wanita Revolusioner

Raden Ajeng Kartini menjadi primadona kaum hawa di Republik Ini. Diangkat menjadi simbol pembebasan esprit / pikiran kaum hawa,namun disayangkan ternyata harinya dirayakan dengan lomba memasak - simbol submisif wanita terhadap sistem patriarkal. Lantas apa yang menjadi kelemahan wanita padahal secara statistik jumlah wanita yang mengenyam pendidikan di Indonesia lebih besar dari pria.

Setelah menelusuri kenyataan, ternyata semuanya dikarenakan wanita belum sepenuhnya membebaskan diri dari ikatan tradisional-patriarkal kolot yang mendominasi masyarakat. Peran religiusitas konservatif turut memperparah kondisi memperihatinkan ini.

Saran pembebasan terhadap kaum hawa sebagai berikut :
1. Peroleh pendidikan setinggi mungkin
2. Turut membangun bangsa
3. Aktif berpolitik
4 Hindari ikatan yang submisif seperti perkawinan

Bilaman langkah-langkah ini dilaksanakan niscaya kaum wanita dapat bebas dari status inferiornya dan kembali sebanding dengan pria dalam segal bidang.

Salam Anarkindo! Salam Pembebasan

Rabu, 06 Mei 2009

Front Anarki Indonesia Kedua : Bonek dan warga Sporadis


Dalam pembahasan terlebih dahulu pernah dibahas mengenai mahasiswa dan siswa sebagai front anarki pertama. Dalam tulisan ini, penulis menetapkan bahwa front kedua anarki nasional ialah kaum Bonek / fans tim sepak bola dan warga sporadic disekitar obyek sosial.
Bonek secara alamiah memiliki naluri anarki Indonesia yang penuh dengan barbarism, perasaan kolektivisme, dan anti-kekuasaan. Bilamana timnya kalah maka serta merta kaum bonek melampiaskan kekesalannya tanpa mengindahkan segala bentuk norma dan aturan. Perusakan, penyerangan terhadap outgroup mereka marak terjadi. Kasus terakhir terjadi di Surabaya. Pada tindakan anarki Indonesia Bonek Surabaya tersebut penjarahan terjadi.
Disinilah muncul pentingnya mendidik rakyat anarkis baik secara massa maupun individual.
Warga sporadic terdiri atas kalangan pekerja kasar lepas dan warga disekitar obyek aktivitas. Tragedi May menunjukan bahwa penjarahan dibuka oleh oknum preman dan dikembangkan oleh warga sporadic. Warga sporadic berbeda dengan bonek memiliki sentimen individualitas dalam kolektivisme. Sehingga penjarah dapat melakukan perusakan dan pencurian secara lebih effektif karena tidak terikat kelompok.
Demikian pemaparan mengenai Front kedua Anarki Indonesia : kaum Bonek dan Warga Sporadis Jalan Bersatulah!!!

Jumat, 01 Mei 2009

MAY DAY !!!

May Day adalah hari yang diberikan kepada buruh untuk tenggelam dalam euphoria kemerdekaan politik selam 24 jam. Setelah jangka waktu tersebut telah lewat, buruh akan kembali menjadi budak secara sosiologis. Kapitalisme modern telah berhasil memperalat hukum nasional sehingga tergambar suatu keadaan merdeka palsu bagi buruh. Hukum perburuhan pada asasnya bertujuan guna melindungi kapitalisme internasional melalui cara-cara yang seolah-olah pro buruh.

Tiada kemerdekaan sesunguhnya bagi buruh dalam sistem apapun baik kapitalisme, komunisme ataupun sosialisme. Hanya Anarki yang memebrikan kesetaraan dan Anarki Indonesia yang sesuai dengan keadaan perburuhan di Indonesia.

HIDUP HARI BURUH !!! VIVAT PROLETARIAT INTERNASIONAL !!!