Rabu, 11 Juni 2008

ANARKI DI NUSANTARA

Tindakan kekerasan yang membabi buta dan tak terkendali sering didefinisikan dengan kata anarki. Padahal sendiri bukan berarti kekerasan secara absolut. Indonesia memiliki terminologi yang khas dalam mencerminkan tindakan membabi buta yakni “mengamuk”.
Budaya mengamuk merupakan bagian dari tradisi bangsa yang secara antroplogis didapatkan dari filosofi “mengamati alam sekitarnya”. Binatang kerbau yang telah lama menjadi lambang sosialisme ala Indonesia termasuk hewan yang memiliki karakter ‘mengamuk’ dalam keadaan tertentu.
Tindakan “mengamuk” massa dalam sejarah Indonesia sendiri memilki tempat penting, sebagai contohnya, berkat amukan massa yang berskala nasional, komunisme dapat dibabat hingga akar-akarnya, bahkan melewati batas kewajaran. Sejarah terbaru – reformasi- tak luput dari kontribusi aksi ‘amuk’ massa. Setelah terjadinya penembakan mahasiswa trisakti, kelompok massa mengamuk terkoordinir dibawah “komandi bayangan” berhasil mengacaukan keadaan ibukota yang berakhir dengan penjarahan dan pembakaran simbol-simbol kapitalisme. Alhasil, pemerintahan despot Suharto berhasil diruntuhkan dan reformasi dicetuskan.
Lantas alasan apakah yang membuat tindakan mengamuk dikonversikan menjadi tindakan anarki dan mengalami pejorasi dalam persepsi bangsa ?
Dalam tinjauan sejarah dunia, khususnya eropa, dapat kita temukan bahwa gerakan insureksi melawan kapitalisme pertama kali di dunia dicetuskan bukan oleh kalangan komunis-marxis melainkan oleh kaum anarki. Kejadian-kejadian besar seperti la revolte des communard yang sempat menguasai kota Paris sebelum akhirnya diredamkan telah mendunia menjadi simbol perjuangan sejati melawan kapitalisme.
Sejak saat itu, kapitalisme dunia yang banyak didukung oleh gerakan zionis dunia, liberal-kapitalis mengorganisasikan kembali diri dan melancarkan black propaganda melawan kaum anarki melalui media ilmu : kamus bahasa.
Pada akhirnya, media di tanah air yang sepenuhnya dimiliki oleh baik kapitalis barat maupun kapitalis negeri mengadopsi terminologi propaganda kapitalis barat tersebut. Pengulangan sebuah terminologi oleh media massa secara berturut-turut kepada sebuah bangsa yang jauh dari tingkat pendidikan yang manusiawi mengakibatkan terjadinya mispersepsi.
Namun, kebiasaan “mangamuk” bangsa tak berubah mengikuti perubahan terminology, justru sebaliknya, bangsa Indonesia seolah menemukan ekspresi kebebasan dan jati diri bangsa dalam seni mengamuk.
Seni mengamuk terjadi dalam keadaan tertentu dan tidak memerlukan komando selain emosi dan stimulasi berupa saran-saran anggota massa amukan. Tujuan amukanpun tidak terarah dan hanya megikuti spontantitas massa.
Disinilah elemen-elemen dasar anarki timbul yakni : massa aksi, spontanitas, tanpa hierarki kepemimpinan. Massa amuk tak memerlukan komando tertentu selain rasa kesal dan dendam terhadap keadaan hidup, keputusasaan, kebosanan sosial (akibat penganguran), sifat dasar manusia sebagai pecinta kekerasan. Terkumpulnya massa juga terjadi secara spontan dan individualistis-kemasyarakatan dimana massa memiliki hubungan aksi dengan anggota massa lainya namun akan menjadi individu ketika menghadapi serangan terkoordinir aparat berwenang.
Mengenai komando, sebuah aksi yang didalangi kelompok amuk massa tiada memerlukan seorang pemimpin selain suggesti dari anggota kelompok. Sebuah aksi pengebukkan maling dapat berakhir dengan pembakaran seperti halnya penjarahan menjadi pemerkosaan dan perusakan berat tanpa diperlukanya rantai komando ataupun perintah.
Singkat kata, tindakan mengamuk dapat disamakan dengan gotong royong dalam kekerasan dan perusakkan dimana kepentingan individual anggota kelompok amukan maasa akhir mengikuti kepentingan kelompok secara keseluruhan. Hal ini menjelaskan alasan terjadinya kekerasan tambahan oleh warga dalam penangkapan penjahat oleh aparat keamanan yang dihadiri warga lingkungan, pembunuhan immoral (terhadap anak-anak dan wanita) dalam pembubaran aliran ideologi, agama atau sekte tertentu.
Darimanakah datangnya keberanian anggota massa amuk ?
Keberanian datang tak lain dari perasaan kesatuan anggota terhadap kelompoknya, dimana perasaan senasib, sepenangungan, dan sepertangungjawaban memberikan ilusi “kebal hukum” terhadap anggotanya.



Lantas, apa yang membedakan anarki dengan amukan massa ?
Doktrin anarki mengajarkan konsep perlawanan konstan terhadap penindasan dalam segala bentuknya baik langsung maupun tidak langsung. Penindasan langsung dapat terwujud dalam tindakan kesewenang-wenangan kelompok politik penguasa terhadap rakyat atau penjajahan sebuah rakyat-bangsa (nation-peuple) oleh bangsa lain.
Penindasan berskala rnasional dilakukan oleh kekuasaan kapitalis-zionis dunia yang terbukti menundukkan hampir semua pemerintahan dunia bahkan yang mengaku sosialis-komunis sekalipun (ex: RRC). Pemerintahan neo-kapitalis ini kemudian menggunakan senjata politi (demokrasi) dan ekonomi (liberalisasi) mereka untuk menyerahkan secara bertahap negeri kepada kapitalisme dunia. Dalam lain hal, penindasan berskala internasional dilakukan oleh negara zionis-kapitalis-chauvinis Israel yang memperlakukan rakyat Palestina seperti binatang.
Kehebatan kapitalisme Internasional terletak pada jaringan mereka dan kendali atas media. Berkat jaringan multi-media dan tingkat pendidikan bangsa yang tidak manusiawi , media kapitalis berhasil merubah persepsi Good menjadi Evil dan Evil menjadi Good sesuai dengan agenda penguasa masing-masing.
Disinilah anarki memiliki arti, konsep perjuangan melawan penindasan yang tiada memandang suku, ras, agama membuatnya dapat diterima oelh siapapun. Anarki Indonesia tidak mengharapkan adanya perubahan sistem sosial tetapi mendorong terjadinya perlawanan melawan kesewenang-wenangan dan status quo. Konsep inilah yang membuat anarki lebih ditakuti kalangan kapitalis daripada gerakan fundementalis agama.
Anarki tiada mengusung konsep negara khusus dan restorasi kekuasaan pengganti layaknya dalam mimpi utopis pan-islamisme. Anarki mendorong terjadinya perubahan melalui aksi langsung pada masyarakat oleh masyarakat itu sendiri tanpa menghiraukan campur tangan pemerintah atau kelompok berkuasa. Bagi kaum anarki, politik dan demokrasi merupakan ilusi yang dihadiahkan kaum kapitalis-liberal untuk meredam perasaan impoten politik rakyat dengan memungkinkan diadakanya partisipasi rakyat dalam pembagian kekuasaan yang sesunguhnya hanya melahirkan pelayan-pelayan kapitalis baru berhubung sistem sekarang ini rancangan dan miliki kapitalis dunia.
Anarki memang terkadang menggunakan cara-cara yang analog dengan tindakan amuk hanya saja kaum anarki sendiri terdiri dari pemikir dan seniman yang anti-penindasan dan otoritarian. Perlawanan bersifat konstruktif untuk memeperbaiki nasib kolektivitas / kommunitas dan bukan menghancurkanya.
Anarki bukanlah merusak rambu-rambu jalan karena rasa kesal mealinkan merusak sistem yang menindas itu sendiri dengan tidak mematuhinya. Perlawanan bukanlah dilakukan terhadap kepemilikan tetapi terhadap pelindung kepemilikan.
Berhubungan konsep anarki sangatlah luas, maka diperlukan diadakan doktrin yang bersifat rujukkan bagi anarki nusantara. Doktrin ini tiada mengikat dan bersifat terbuka sesuai dengan sifat anarki itu sendiri yang tiada mengenal hierarki kekuasaan (berbeda dengan kaum komunis).
DOKTRIN INI BERNAMA DOKTRIN ANARKI INDONESIA ATAU DOKTRIN ANARKI NUSANTARA.
Singkat kata, tindakan mengamuk merupakan ciri khas bangsa Indonesia dan bagian dari kebudayaan bangsa yang bila disalurkan dengan benar dapat menjadi element of change yang konstruktif. Namun kalangan anarki tidak mengajarkan kekerasan murni melainkan cara mewujudkan keteraturan (order) melalui tindakan langsung (action diercte) dalam masyarakat dalam segala sektor. Amukan massa sekarang dikendalikan oleh kelompok-kelompok kekuasaan tertentu dan agen-agen intelijen sedangkan anggotanya berupa preman penganguran dan sampah masyarakat maka bila ada amukka massa itu bukanlah tindakan anarkis melainkan tidakan maker-amuk oleh persatuan preman.