Kamis, 28 Februari 2013

Illusion of Global Fraternity [Part 1]

The initial path steems from the root assumption that the “ideal” is a sublimation of interaction between human kind and the material environment. Civilizations and cultures were born from this proper interactions. At a fruther stage, the interactions between civilizations gave birth to dominations and slavery. Taking the initial phase as a starting point, the identity of each communities were forged from material interactions. Hence the whole idea of wars amongst nations stems from war of “material experience” . Would this justify the claimed fraternity of civilizations ? The answer would be negative for the identity could never be united. The essence of particularity in the identity could only accept the other through contempt of its essence. The whole idea of global fraternity would only be a social subsidy for the economical concept of the market. A european would never accept an asian on an equal footing for it would blur his own unicness.

Sabtu, 18 Februari 2012

Sejarah Masayrakat Anarki Indonesia (2) / Konsep




Konsep negara dipertahankan dan dilestarikan filsafat Hegelian sebagai hasil dari rasionalisme falsafah Jerman. Negara modern seperti yang kita kenal kini terlahir sebagai sebuah konstruksi sosio-politik yang dilukiskan oleh yuris-yuris Eropa Barat. Akar dari Negara (modern) tak lain dari revolusi termasuk yang dialami Indonesia. Proklamasi 17 Agustus 1945 mengukuhkan kehendak membentuk wadah agar dapat berinteraksi secara sederajat dengan negara-negara bangsa yang mendominasi percaturan politik dunia. Hanya saja perlu di-ingat bahwa perjuangan kemerdekaan bersifat sporadis dan tak terkomando. Seantero wilayah berjuang melawan penjajahan secara otonom dengan keinginan satu: kebebasan. Inilah wujud dari Anarkindo, kebebasan dan kehendak yang diukir dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Keseluruhannya harus ditopang dengan otonomitas bangsa yang hanya dapat dicapai melalui pencerdasan dan pendidikan kritis-filosofis.
Anarkindo bukanlah doktrin untuk dipaksakan melainkan lukisan dari kebebasan yang harus dipertahankan. Jiwa kebebasan ini menumbangkan rejim otoritarian militer dan senantiasa mengkritisi penguasa. Hanya saja, mulai dilakukan pengaburan atas kebebasan ini melalui serangkain konspirasi kapitalistis. Media memihak penguasa, politik dikuasai pengusaha dan Undnag-Undang melestarikan sandang kapitalisme global. Keseluruhan sistem digerakkan menuju pelayanan kepentingan pemilik modal yang dicetak bank sentral mata uang perdagangan dunia. Kebebasan kembali dapat diraih apabila kesejahteraan dan kemajuan dibangun melalui aksi-aksi individual yang cerdas dan konstruktif. Saat mem-praxiskan kembali perjuangan dan merebut kembali kebebasan. Anarkindo akan selalu hidup dimana ada penindasan belanda-belanda baru, berbaju inlander sekalipun. Untuk itu, setiap elemen bangsa harus menyadari bahwa tumpuan pembangunan negeri bukanlah modal melainkan manusia yang tercerahkan. 70 % dari perekonomian riil berputar sekeliling pedagang marhaen kecil. Inilah Anarkindo. Negeri ini milik bersama, apabila wadah telah berubah warna, mari cat kembali. Sadarkan bangsa dan rebut kembali negeri. Awasi reformasi dan legislasi. Merdeka !!!

Jumat, 17 Februari 2012

Ormas Anarkis : Bukan Anarki




Media, kaki-tangan kapitalis asing senantiasa meng-identifikasi ormas-ormas beraliran dogma atau primordial sebagai “anarkis”. Hal ini merupakan langkah perusakan terhadap citra konsep perjuangan “Anarki” itu sendiri. Inti dari Anarkisme adalah persaudaraan sosial dan kesadaran dalam kehidupan bersama. Singkat kata, anarki mebgusahakan adanya penyelesaian masalah dalam masyarakat tanpa harus diatur oleh penguasa layaknya kambing congek. Anarkisme, menurut Bakounine, justru dapat berkembang apabila pendidikan kritis dan filosofis telah merata dan berhasil. Sebagai contoh dari Anarkisme adalah ketika terjadi kebakaran maka secara gotong royong dan tanpa diperintah warga memadamkan api secara bersama sama, atau gerakan bersih lingkungan tanpa harus ada petugas dinas kebersihan. Inilah anarkisme. Ormas – ormas yang dituding dengan anarki tak lain dari kepanjangan kepentingan kapitalisme asing baik dari Timur tengah maupun dari dunia barat. Tindakan-tindakan mereka bukan anarkis melainkan murni barbar dan premanisme. Pilar dari anarkisme adalah 1. Kesadaran Sosial (conscience sociale) dan 2. Autonomie tindakan.
Apabila dalam satu pergerakan ada koordinator tindakan yang mengayomi peserta tindakan yang tidak men guasai materi tindakan dan berakhir rusuh, maka pergerakan tersebut bukan Anarkis melainkan barbar dan vandal. Gerakan Anarkis justru ditandai dengan kesadaran individual masing-masing anggota gerakan yang bertujuan konstruktif terhadap tujuan yang hendak dicapai. Dapat ditegaskan bahwa stigmatisasi istilah Anarkis oleh media adalah prolongasi kebodohan yang dirumuskan dalam Oxford Dictionary pertama untuk memupuskan pergerakan rakyat otonom. Ormas senantiasa memiliki pemimpin dan dogma, maka yang diutamakan adalah sentimen dan pendoktrinan semata. Membangun Indonesia cerdas dan sejahtera harus melalui pembebasan pemikiran yakni melalui pilar-pilar anarki dalam tataran pendidikan sosial. Rakyat harus kritis dan konstruktif serta indepen. Salam perjuangan !!!

Minggu, 27 Februari 2011

ANARKI MELANDA AFRIKA UTARA DAN DUNIA ARAB




Api revolusi bermula dari keputusasaan, ketidakmampuan seorang mahasiswa yang meskipun telah dengan susah payah menempuh tangga akademika untuk memperoleh sebuah tempat dalam sistem masyarakat. Langkah awalnya dimulai dengan upaya marhaenis untuk merubah nasib dengan cara berjualan buah-buahan di jalan sebagai langkah terakhir untuk membuat hidupnya berarti dihadapan sistem (Le systeme). Namun apa daya, birokrasi sistem yang mengekor pada sifat negara yang absolut, dingin dan tanpa perasaan menghalangi dia untuk memberikan penghidupan bagi keluargannya walau hanya sebagai pedangang buah Marhaen. Kaki tangan otorita negara meluluhlantahkan dagangannya dengan dalil tidak ber izin dari otorita dingin bernama negara Tunisia. Tertekan oleh eksistensi, terbunuh hatinya oleh ketakutan akan kehidupan dan sistem otoriter, ia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya, sumber dari kesadaran dan penderitaan dengan membakar dirinya.
Api yang meresep kedalam daging dan sum-sum tulangnya membawa rasa sakit yang mendalam dan hanya bisa di-ekspresikan melalui teriakan dan jeritan. Lengkaplah penderitaan jiwa dan raga dihadapan sang penindas : negara. Manusia disekitarnya, dalam satu teritori dengannya tertular dagingnya oleh rasa sakit sang mahasiswa. Pemuda penganguran lainnya tertusuk nalarnya : “perlukah mereka melakukan bakar diri massal ?”. Rasa sakit seorang manusia marhaen melahirkan penderitaan pada seluruh komponen masyarakat. Sekrup-sekrup kapitalis mulai usang, ujung tombak penguasa tidak lagi merefelksikan rasa takut. Bayangan api membakar diri setiap orang, bayangan masa depan tanpa harapan menghantui setiap individu. Dalam gerakan massa umum, masyarakat terkungkung oleh negara (Warga negara) mematahkan besi-besi yang membelenggu mereka. Tanpa gentar terhadap peluru dan pentungan massa organik bergerak menurunkan pemimpin diatas struktur illusif bernama negara. Kesadaran individu menjadi kesadaran umum, setiap individu menjadi satu, mengetahui bahwa dengan bergerak bersama maka semua sistem dapat diruntuhkan. Kaki tangan sistem hanya segelintir, meskipun bersenjata mereka tak akan mampu hidup tanpa kaum marhaen, tanpa kaum marjinal, tanpa mahasiswa yang kelak akan menajdi skrup-skrup sistem pelayan kapitalisme internasional. Dari satu hati perlahan seluruh Tunisia bergerak meruntuhkan otoritas dan berhasil-lah mereka. Ben Ali kabur bak buronan. Beberapa lama kemudian, massa Mesir melakukan hal yang sama dan berhasil pula. Kini keseluruhan jazirah Arab dan Afrika Utara menyadari bahwa kekuasaan segelintir atas semua harus dihentikan dan dimusnahkan. Manusia itu bebas, segala konstruksi reotoris seperti negara, bangsa dan hukum hanya mengungkung dan memperbudak. Masyarakat Arab kini menyadari bahwa musuh utama mereka adalah return to status quo dan kembali menjadi komponen dari sistem. Kesadaran inilah inti dari Anarkindo, karena bangsa Indonesia sudah mengenal anarki jauh sebelum menegnal negara. Saatnya menghidupkan kembali Anarkindo dan sambut sebuah dunia tanpa penguasa !!! Salam Revolusi !!!

Kamis, 27 Mei 2010

Anarki di Indonesia : Anarkindo Bergelora


Demokrasi, kebebasan telah membebaskan bangsa Indonesia kembali. Kini masyarakat telah menyadari sifatnya sebagai mahkluk bebas dan merindukan kebebasan. Anarkindo mulai berkumandang di seantero nusantara. Dari keributan di Makassar, Pesta rakyat pasca pertandingan bola, pemukulan wartawan oleh Ormas dan pertempuran mahasiswa-Fakultas di Universitas Sumatra Utara. Semua kejadian diatas menandakan bahwa bangsa Indnesia tekah menemukan kembali hakikatnya sebagai “creature barbare” dan kini sedang dalam proses membebaskan diri tehradap penjara dan jeratan hukum asing barat warisan penjajahan. Manusia Indonesia terlahir bebas lantas diborgol oleh kehendak asing melalui kekuasaan kapitalisme asing melalui pemerintah dan birokrasi.
Semua produk yang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik senanatiasa dirumuskan oleh kaum kapitalis global melalui sistem demokrasi yang mereka bentuk di Indonesia dan wakil-wakil rakyat yang haus uang akibat sistem politik yang lebih merupakan sistem investasi dimuka. Hanya saja, kini rakyat mulai menyadari bahwa mereka sesunguhnya berdaulat atas tanah masing-masing. Sistem hukum yang selam ini ada tak lain dari perwujudan kehendak kapitalisme lokal dan global yang berlindung dibalik suatu sistem manajemen norma yang disebut hukum dan elemen mistik-religius. Dapat dikatakan bahwa pembebasan rakyat di seantero nusantara adalah kemerdekaan kedua.
Anarkindo, jiwa bangsa, anarkindo ekspresi kebebasan sejati. Anarkindo budaya bangsa dalam melawan kezaliman sistem, suatu universalisme yang mengahargai individualisme kommunautarian. Dalam kebersamaan, manusia dihargai dan tidak hanya angka dalam statistik BPS semata.
Merdekalah bangsaku dari Kapitalisme global, anarkindo bergelora, bebaskan !!

Senin, 10 Mei 2010

MASS DEMOCRACY (DEMOKRASI MASSA)

What is Indonesian Democracy ? It is Mass Democracy. And what is mass democracy ? It is democracy where the mass is ruled by one sole reason. Indonesian mass democracy is the core of Anarkindo. In Anarkindo, people won’t need a government for the reason that the volounty of the mass bestowed in tout un chacun shall remplace the state functions. Just imagine how a riots starts in Indonesia, where a person takes the initiative. Mass democracy, consists of the same steps and this will constitute a mechanism of anti-cratie. In other words, Anarkindo shall always guarantee the liberty of all men by their volounty. For this to be met, the following conditions must be fullfilled : (1) The expropriation of all property, (2) Establisment of people’s court as stated in the Anarkindo code, (3) Total liberty and indoctrination. These points shall be explained furthermore. Mass democracy shall bring Indonesia to prosperity and break the capitalism rule over the land !!

STEPS TOWARDS ANARKINDO

It is funny how the capitalist owned media expose the lamentable state of its servant government. From coruption to breach of moral code, all exposed in a bulk of uncertainty for the good of industrial anarchy. Indonesia’s anarchy is actually static and pending to shift from mobocracy to nihilicracy, a term that the author uses to describe a situation of no values. The sole problem is that amidst the ongoing trend towards absolute relativism, the country still upholds the law of the ruling class, the law of trancendant power, and the rule of the corrupted. Anarkindo, shall gradually be achieved through the failure of each power to affirm and finally gain power in the end of battles.
The pseudo liberal-bougeoisie situation is nothing more then a transition towards the abolition of property and the rule of all masses (demokrasi massa). When the corrupted system could no more support the pressure of it’s own system, the anarkindo thinkers would cease the situation and re-establish the natural liberty bestowed upon free humans as in ancient time. Stating Rousseau, the people of Indonesia shall once again dispell the chains of dogmatism, liberal capitalism and regain it’s nature of wildness : Anarkindo. A territory of free minds, free souls and freedom itself.