Jumat, 06 Maret 2009

Point d'interet, point d'action

Bangsa Indonesia kini semakin cerdas secara politik berkat pendidikan yang diberikan media liberal-kapitalis TV One, Metro tv dkk. Setiap orang yang bahkan belum pernah mengenyam pendidikan tingkat universitas kini ( cnth : tukang sampah dan pemulung ) telah mampu berorasi bak seorang mahasiswa perguruan tinggi manapun. Konsep-konsep yang mereka tawarkan pun tak jauh dari janji-janji palsu caleg dan politikus lainnya. Hanya saja dalam ikhwal praktek, baik kaum intelektual maupun kaum rakyat "roturier" / awam, tidak mampu mengorganisasi suatu masyarakat yang otonomis dan berdaulat.

Memang telah demikian bangsa Indonesia dibentuk oleh kepentingan asing dan para komprador. Mereka menghendaki rakyat yang tak terlalu bodoh namun jangan terlalu cerdas. Semuanya dapat dijelaskan dengan konsep kekuasaan feodal-kolonial yang dikehendaki oleh sistem.Kepentingan pribadi-keseluruhan (tout un chacun)dari rakyat dikesampingkan demi "isi perut" kaum elite. Sama terjadinya dengan pengkhianatan kaum "noblesse" Indon yang berkejasama dengan VOC.

Bangsa Indonesia belum lah merdeka seperti perkataan Pramoedya (Budak bagi bangsa-bangsa lainnya). Saatnya mengenyampingkan kepentingan pribadi dan membangun negeri dalam otonomitas. Bangsa ANARKI-Intelektual lebih baik dari bangsa terstruktur namun obscurantis.

Tidak ada komentar: